KRISIS RUPIAH HINGGA KRISIS EKONOMI
Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang mengalami krisis
mata uang, kemudian disusul oleh krisis moneter dan berakhir dengan
krisis ekonomi yang besar. Seperti diungkapkan oleh Haris (1998),
“Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 adalah
yang paling parah sepanjang orde baru. Ditandai dengan merosotnya kurs
rupiah terhadap dolar yang luar biasa, serta menurunnya pendapatan per
kapita bangsa kita yang sangat drastis. Lebih jauh lagi, sejumlah pabrik
dan industri yang bakal collaps atau disita oleh kreditor menyusul
utang sebagian pengusaha yang jatuh tempo pada tahun 1998 tak lama lagi
akan menghasilka ribuan pengngguran baru dengan sederet persoalan
sosial. Ekonom, dan politik yang baru pula”
Menurut Fischer (1998), sesungguhnya pada masa kejayaan Negara-negara
Asia Tenggara, krisis d beberapa negara, seperti Thailand, Korea
Selatan, dan Indonesia, sudah bisa diramalkan meski waktunya tidak dapat
dipastikan.Misalnya di Thailand dan Indonesia, defisit neraca
perdagangan terlalu besar dan terus meningkat setiap tahun, sementara
pasar properti dan pasar modal di dalam negeri berkembang pesat tanpa
terkendali. Selain itu, nilai tukar mata uang di dua Negara tersebut
dipatok terhadap dolar AS terlalu rendah yang mengakibatkan ada
kecenderungan besar dari dunia usaha didalam negeri untuk melakukan
pinjaman luar negeri, sehingga banyak perusahaan dan lembaga keuangan di
negara-negara itu menjadi sangat rentan terhadap risiko perubahan nilai
tukar valuta asing. Dan yang terakhir adalah aturan serta pengawasan
keuangan oleh otoriter moneter di Thailand dan Indonesia yang sangat
longgar hingga kualitas pinjaman portfolio perbankan sangat rendah.
Anggapan Fischer tersebut dapat membantu untuk menentukan apakah
krisis rupiah terjadi karena krisis bath Thailand. Sementara menurut
McLeod (1998), krisis rupiah di Indonesia adalah hasil dari akumulasi
kesalahan-kesalahan pemerintah dalam kebijakan-kebijakan ekonominya
selama orde baru, termasuk diantaranya kebijakan moneter yang
mempertahankan nilai tukar rupiah pada tingkat yang overvalued.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak awal Juli 1997, di
akhir tahun itu telah berubah menjadi krisis ekonomi. Melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS, menyebabkan harga-harga naik drastis.
Banyak perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik yang melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Jumlah pengangguran meningkat
dan bahan-bahan sembako semakin langka.Krisis ini tetap terjadi,
meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup kuat
dan disanjung-sanjung oleh Bank Dunia. Yang dimaksud fundamental
ekonomi yang kuat adalah pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, laju
inflasi terkendali, cadangan devisa masih cukup besar dan realisasi
anggaran pemerintah masih menunjukkan sedikit surplus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar